Arisan Karya Artwork Preview 107 - 150
107. Prajna Deviandra
Artwork detail
SPACE (2017)

Cat minyak di atas kertas kanvas
30 x 21 cm
Artwork description
Eksplorasi komposisi objek dalam ruang yang diekspresikan dalam lukisan still life.
Artist bio
Prajna Deviandra Wirata adalah seorang pelukis asal Bali yang saat ini berdomisili di Jakarta, Indonesia. Di awal perjalanan berkseniannya pada tahun 2008-2010, Prajna menemukan ketertarikan pada gaya dan teknik melukis realis. Prajna memperdalam teknik melukis realis, yang terus ia kembangkan hingga saat ini. Ketertarikan Prajna pada teknik tersebut terinspirasi oleh beberapa perupa dari Indonesia maupun perupa Eropa. Beberapa di antara perupa besar Indonesia yang menginspirasi Prajna yakni Mangu Putra, dan Chusin Setiadikara. Proses berkarya dengan pendekatan seni lukis representasional mendorong kesadaran Prajna untuk memaknai pengalaman berkesenian sekaligus pemahaman tentang diri, keimanan, dan lingkungan sekitarnya. Daya tariknya terhadap hal tersebut kerap digambarkan dalam bentuk figur dan potret manusia yang dilukiskan dengan nuansa spektrum warna melalui metode pencahayaan chiaroscuro.
108. Prihatmoko Moki
Artwork detail
Gunungan #1 (2017)

Cetak saring di atas kertas
50 x 67 cm 
Artwork description
Gunungan #1 Adalah sebuah karya bagian dari proyek seni Prajurit kalah tanpa raja. Sebuah proyek yang membicarakan situasi sosial di Yogyakarta di masa pimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Proyek ini adalah proyek lintas disiplin yang melibatkan perupa, musisi, penari, dalang, dan sinden. Beberapa karya yang pernah dibuat dalam proyek ini meliputi komik, mural, lukisan, seni grafis, dan pertunjukan. Desain karya Gunungan #1 ini adalah bagian dari pertunjukan cerita dongeng yang pernah dipentaskan di ARTJOG.
Artist bio
Lahir pada 1982, Prihatmoko Moki bekerja dan tinggal di Yogyakarta, Indonesia. Ia memperoleh gelar Sarjana Seni Rupa dari Institut Seni Rupa Indonesia, jurusan Seni Grafis pada 2009. Ia telah bekerja dengan beberapa media, di antaranya lukisan, drawing, komik, mural, dan musik. Namun begitu ia berfokus pada teknik seni grafis/cetak saring untuk mengusulkan gagasan tentang penyebaran karya seni dan tantangan dalam salinan. Ia juga juga mengeksplorasi gagasan tentang orisinalitas dan salinan sehubungan dengan kemampuan seni grafis untuk menghasilkan karya edisi. Dalam karya-karya terbarunya, ia tertarik dengan pandangan sejarah, yang ada di antara fiksi dan kenyataan. Berangkat dari pemikiran ini, ia menggunakan mitos historis sebagai alat untuk berdiskusi dan memahami situasi sosial kontemporer. Dalam proyek-proyeknya ia memilih pendekatan melalui sindiran, kontroversi dan humor gelap.
109. Puji Lestari Ciptaningrum
Artwork detail
Believe #1 (2020)

Patung lunak, sulaman tangan pada masker wajah 3DDimensi beragam
Artwork description
Karya ini merupakan respon dari bencana pandemi yang sedang terjadi sekarang ini. Karya ini adalah sebuah harapan dan ikhtiar yang dapat perupa lakukan dalam situasi saat ini. Menggunakan pelindung masker sudah menjadi kebutuhan untuk menghadapi wabah yang melanda. Bagi perupa untuk mengahadapi wabah, selain menggunakan pelindung diri perlu juga menanamkan kepercayaan dalam diri dengan berserah kepada Tuhan YME dan memohon pertolongan-Nya. Karya ini merupakan sebuah doa yang diyakini oleh agama Islam dalam berlindung dari segala penyakit yang berbahaya. Ayat tersebut perupa sulam dengan tangan dengan penuh keyakinan untuk berlindung kepada-Nya dari segala bahaya.
Artist bio
Puji (25) lahir dan dibesarkan di Bogor, Jawa Barat. Ia menyelesaikan studi Pendidikan Seni Rupa di Universitas Negeri Jakarta tahun 2019. Saat ini ia tergabung dengan Indonesia Contemporary Fiber Art Movement (ICFAM) sejak tahun 2015. Puji cukup konsisten dalam melakukan praktik seni dengan medium serat dan menyulam. Pameran terakhir yang pernah diikutinya diantaranya adalah: 'Pameran Kompetisi Trimatra Salihara 2019', 'Pameran Seni Rupa Nusantara 2019 di Galeri Nasional Indonesia', dan 'Pakistan Now, Jakarta Later kolaborasi Manolo Ty dan Gudskul di Gudskul tahun 2020’.
110. Puri Fidhini
Artwork detail
Power Behind Vagueness #1 (2019)

Akrilik dan poliuretan di atas permukaan belakang cermin⌀ 30 cm (2 panel)
Artwork description
Benda keseharian kerapkali dijadikan simbol-simbol yang mengacu pada suatu kekuasaan atau keberdayaan dalam sebuah sistem masyarakat. Melalui karya seri dari Power Behind Vagueness, apresiator akan dihadapkan dengan refleksi/pantulan dirinya yang tidak utuh saling tertumpuk dengan objek pada karya dalam satu bingkai. Keberadaan apresiator di depan karya (berhadapan secara langsung) akan menjadi bagian dari representasi karya secara utuh yaitu berperan sebagai subjek yang meredefinisi objek simbol pada balik cermin melalui pengalaman yang personal.
Artist bio
Lahir pada 1992, Puri Fidhini adalah seorang perupa yang saat ini tinggal dan bekerja di Bandung dan Jakarta. Memperoleh gelar sarjana dan magister dari Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung, Puri saat ini aktif bekerja sebagai seorang pengajar. Melalui seni, ia mencoba melihat berbagai kemungkinan hubungan antara ruang secara konkrit dan filosofis dengan tingkah laku manusia. Dalam mengungkapkan ide-idenya, ia melakukan banyak eksplorasi benda reflektif dalam bentuk lukisan dan instalasi. Karya-karyanya telah dipamerkan di beberapa kota, seperti Bandung, Jakarta, Melbourne, Singapore dan Reykjavik. Pada tahun 2017, ia menggelar pameran tunggal perdananya berjudul 'You, in a Glimpse' dengan mendapatkan dukungan resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ia baru saja menyelesaikan program residensi perupa pertamanya di Reykjavik, Iceland di akhir tahun 2019, dan saat ini sedang memproduksi karya hasil dari projek residensinya tersebut.
111. Qonitha A. Ainur Rasyad
Artwork detail
In The Midst of It All (2020)

Fotografi analog yang dicetak di atas kertas foto
40 x 30 cm
Artwork description
Fotografi analog yang dicetak di atas kertas foto.
Artist bio
Qonitha A. Ainur Rasyad atau akrab disapa Audy berasal dari Jakarta. Ia saat ini berumur 19 tahun dan sedang menempuh pendidikan di University of The Arts London (UAL) jurusan Art Direction. Dalam menyampaikan perspektifnya, ia menggunakan berbagai medium yaitu fotografi, video, desain grafis, seni grafis, linocut dan tanah liat. Seringkali ia menggunakan pendekatan personal dalam proses berkaryanya.
112. R.E. Hartanto
Artwork detail
Otot Punggung (2020)

Cat air di atas kertas
46 x 36 cm
Artwork description
Karya ini adalah karya pendamping instruksi untuk peserta tingkat pemula di Kursus Menggambar Daring #002 yang diadakan oleh Klinik Rupa Dokter Rudolfo pada bulan April 2020.
Artist bio
R.E. Hartanto (Tanto), lahir di Bandung, 1973. Lulus dari Studio Seni Lukis, Jurusan Seni Murni, FSRD – ITB pada tahun 1998, dilanjutkan kemudian di Rijksakademie van Beeldende Kunsten, Amsterdam, Belanda, 2001-2002. Sejak 1998 hingga saat ini, Tanto berkiprah sebagai perupa dengan berkarya, mengikuti pameran kelompok dan pameran tunggal, membuat lokakarya dan proyek seni rupa, juga mengikuti program residensi perupa di berbagai kesempatan. Selain berkarya Tanto juga mengajar kursus dan menulis blog seni rupa.
113. Radhinal Indra
Artwork detail
Moon Combining (2014)

Cat akrilik di atas kertas
21 x 21 cm
Artwork description
Karya ini adalah bagian terpenting dari seri karya dalam praktik artistik saya sejauh ini. Karya ini adalah bagian dari seri karya pertama yang saya pamerkan di 2014 bersama RUCI gallery. Yang merupakan pameran pertama kali ketika saya memutuskan berhenti bekerja di Jakarta dan kembali ke Bandung untuk menjadi perupa. Karya ini adalah bagian dari proses kita dalam mencerna sesuatu di sekitar kita sehingga menghasilkan kombinasi gagasan baru. Yang pertama adalah Recording, di mana saya hanya melukis bulan, merekam apa yang saya lihat. Kemudian Deforming, bulan yang saya rekam dirubah bentuknya tanpa maksud dan makna apapun, hanya untuk bentuk itu sendiri. Dan yang terakhir, bulan saya kombinasikan dengan gambaran yang ada dalam ingatan saya, yaitu satelit Sputnik buatan Russia yang pertama kali mengorbit Bumi.
Artist bio
Radhinal Indra lahir pada tahun 1989 di Bima, Indonesia. Lulus dari Institut Teknologi Bandung dengan fokus Desain Grafis. Setelah 5 tahun bekerja sebagai Art Director di berbagai perusahaan di Jakarta, pada tahun 2014 Radhinal Indra pindah kembali ke Bandung untuk fokus menjadi perupa. Tumbuh dalam keluarga dengan latar belakang akademis, sangat mempengaruhi proses pembuatan karyanya. Penggabungan antara wawasan ilmiah dalam penciptaan karya seninya selama ini telah menjadi faktor kuat yang selalu muncul dalam karya-karyanya. Kecenderunganya dalam menggunakan komposisi diagramatis sebagai usaha untuk menemukan formula dan keteraturan hubungan antara manusia dan dengan benda langit dan alam semesta.
114. Radi Arwinda
Artwork detail
ANATOMIARWINDA (2019)

Cetak lenticular di atas kertas
20cm x 15 cm
Edisi 2/5
Artwork description
Saya mencintai diri saya luar dalam.
Artist bio
Radi Arwinda lahir di Bandung pada tahun 1983. Eksplorasi artistiknya berangkat dari kesadaran diri yang berasal dari pengalaman pribadinya dalam gagasan-gagasan pokok yang familiar baginya. Ia lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang memiliki ikatan kuat dengan adat istiadat leluhur mereka yang berasal dari Cirebon. Melalui ikatan ini, ia berkenalan dengan artefak visual tradisional, mitos dan cerita-cerita rakyat sejak usia dini. Namun, tinggal di kota kosmopolitan modern seperti Bandung telah menawarkan kepadanya pengaruh budaya lain di luar keluarganya. Lahir pada 1980-an, masa remajanya terbentuk oleh "invasi Jepang", ketika anime dan manga menjadi referensi budaya yang dominan untuk generasi muda Indonesia.
115.Rahmawati Riree
Artwork detail
Transisi (2018)

Pulpen di atas kertas
42 x 29.7 cm
Artwork description
Transisi merupakan karya yang saya buat kala mencoba mencari jati diri yang berangkat dari idealisme 2 keluarga yang saya miliki (dari sisi Ayah juga sisi Ibu) saling bertolak belakang dan hanya ada 1 cara untuk berdamai dengan pergolakan tersebut: menjadi diri saya sendiri dengan pilihan dan cara yang saya tempuh sendiri. Entah itu semakin menghimpit dan membebani saya namun konsekuensi yang ada di setiap langkah tersebut merupakan transisi dari saya sebagai seorang anak dari kedua orang tua saya juga sebagai pribadi tunggal yang punya misi dan pilihan hidupnya sendiri.
Artist bio
Rahmawati Riree merupakan pelukis kelahiran Surabaya, 26 Januari 1996. Dari kecil memiliki hobi menulis buku jurnal harian, karena tidak memiliki kebiasaan untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan maupun inginkan secara verbal kepada orang-orang terdekatnya. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi Riree menjadi pribadi yang tertutup seperti saat ini. Pelecehan seksual di masa anak-anak oleh pihak keluarga, ditinggal mati oleh orang terkasih kala masih anak-anak, mengalami perundungan saat duduk di bangku sekolah dasar oleh teman sebayanya karena terlalu pendiam dan perbedaan orientasi seksual yang dimiliki membuat karya dan pribadi dirinya jauh dari kesan feminin baik karya seni maupun ekspresi dirinya. Karya-karya seni rupanya juga lebih bernuansa kelam, hampa, kesedihan dan sepi yang didominasi dengan warna-warna dingin, goresan tak beraturan merupakan representasi dari dunia imajinasi yang ia idamkan kebalikan dengan kekacauan pengalaman empiris yang ia miliki.
116. Rangga Yudhistira
Artwork detail
Clouds on The Horizon (2018)

Cetak di atas kertas dengan bingkai
38 x 28 cm
Edisi 1/5
Artwork description
Sebuah rekam jejak atas suatu tempat yang diambil dengan medium fotografi analog yang kemudian di digitalisasi pada proses akhirnya, meninggalkan jejak-jejak analog seolah-olah seperti ingatan akan tempat itu.
Artist bio
Lahir di Yogyakarta, Indonesia, pada 1992, Rangga Yudhistira mulai mengembangkan minatnya pada fotografi sekitar tahun 2010 setelah ia lulus SMA. Sejak 2016, Rangga menekuni fotografi secara intensif dan mulai bekerja sebagai fotografer lepas. Bersama dengan rekan-rekan perupanya, ia mendirikan kolektif seni multi-platform yang bernama Studio Batu. Pada 2017, ia mengadakan pameran fotografi dengan rekannya di Lir Space Yogyakarta. Proyeknya, 'Living by The Myth' terpilih untuk dipamerkan di Jakopič Gallery, Slovenia, bersama dengan karya 26 fotografer lainnya dari Indonesia.
117. Rayyan Pratama
Artwork detail
Bebas bercinta (di rumah) (2020)

Cat akrilik di atas kanvas
30 x 30 cm
Artwork description
Dari sepasang kekasih yang sedang bercinta ini, tampak di mana mereka dengan mesra dan penuh gairah dalam citraan yang ditampilkan. Seakan mereka tidak takut dengan serangan wabah menular yang sedang melanda penjuru dunia. Rasa tidak takut itu muncul karena mereka selalu disiplin menjaga protokol kesehatan di masa pandemi ini. Mereka pun bebas bercinta di rumah.
Artist bio
Rayyan Pratama berdomisili di kota Depok, yang pernah menyelesaikan pendidikan di Institut Kesenian Jakarta. Karya lukis Rayyan cenderung mengangkat tema sosial, wanita, dan seks. Selain media cat akrilik dan kanvas, Rayyan juga tak jarang menuangkan idenya melalui media digital.
118. Rega Ayundya Putri
Artwork detail
Slow Mess #2 (2020)

Pensil dan pukpen di atas kertas Britania 300 gram
18 x 13 cm 
Artwork description
Terinspirasi dari pendekatan sufiisme, metode dzikir, dan foto-foto mikroskopik sebagai inspirasi visual, drawing saya adalah proses penyelaman diri saya secara spiritual dan kosmologis—bagaimana saya melihat alam dan tubuh saya sebagai mikrokosmos dan makrokosmos.
Artist bio
Percaya bahwa proses menggambar adalah bentuk komunikasi alam bawah sadar dengan diri, Rega Ayundya Putri adalah seorang perupa perempupan lulusan Institut Teknologi Bandung. Gemar bergulat dengan detail mikro melalui goresan yang intens, proses artistiknya menjadi sebentuk eskapisme dari riuhnya lalu lintas informasi di sekitarnya. Ia kini tinggal dan bekerja di Bandung sebagai perupa yang bekerja paruh-waktu di sebuah ruang seni.
119. Rega Rahman
Artwork detail
Withstand The Brittleness #1 (2017)

Cat akrilik di atas papan kanvas
20 x 20 cm
Artwork description
Berawal dari kegelisahan saya sebagai perupa terhadap proses penggunaan bingkai pada karya kertas selama saya berkutat dengan karya seni grafis. Bingkai dirasa menjadi satu bagian utuh dengan karyanya. Tanpa adanya bingkai, karya tidak saya anggap selesai. Anggapan saya pada awalnya bingkai adalah wadah untuk memperkokoh karya agar tidak rusak, tapi pada akhirnya ketika bingkai tersebut rusak, maka karya di dalamnya saya anggap rusak juga, karena bingkai adalah satu kesatuan dengan karyanya. Oleh karena itu di sini saya memutuskan untuk membuat karya lukis diatas kanvas untuk pertama kalinya, yang saya anggap tanpa kehadiran bingkai, karya lukis bisa berdiri dengan sendirinya tanpa kehadiran bingkai. Objek gambar kotak dibagian tepi lukisan saya buat untuk merepresentasikan bingkai dan di tengahnya terdapat benda benda yang seolah hancur yang merepresentasikan objek karya. Selama saya berkarya jarang sekali saya memperhatikan tingkat kehancuran karya di dalam bingkai, saya lebih memperhatikan bingkai yang rusak akibat benturan benturan dan itu mengurangi keindahan karya secara utuh, dan mengabaikan isinya (karya).
Artist bio
Rega Rahman lulus dari Institut Teknologi Bandung jurusan Seni Rupa, studio Seni Grafis pada 2012. Proses mengumpulkan citraan menjadi bagian besar dari kegiatan artistik Rega; seperti halnya ketika ia mengumpulkan komik sejak kecil. Sebagai seorang perupa, Rega sering ikut serta dalam pameran publik di Indonesia, Filipina, Taiwan dan Korea Selatan. Proyek residensi terakhirnya di JMA Artist Residency melahirkan sebuah pameran tunggal berjudul 'Help me!! Speedwagon' di Korea Selatan.
120. Rendy Pandita
Artwork detail
Vargrant Tries To Fight Society (Series) (2019)

Cat akrilik di atas kertas
60 x 40cm
Artwork description
Merupakan bagian dari eksplorasi visual dan medium dengan mencoba mengembangkan karakter imajiner dengan teknik lukis di atas kertas. Karya ini merupakan bagian dari pameran 'The Populist Manifesto' yang diselenggarakan di Ruang Segi 4 pada bulan Februari 2020. Pameran ini berusaha memunculkan wacana penggunaan idiom budaya populer dalam seni rupa.
Artist bio
Perupa asal Kota Bogor yang menetap di Bandung sejak 2008, kini aktif sebagai ilustrator dan pengajar di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Ia menempuh studi magister Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung dan lulus tahun 2015. Mulai aktif berkarya semenjak tahun 2013. Karya-karya yang dihasilkan banyak terinspirasi dari fenomena sosial, film, musik dan budaya pop, seperti pada karya-karya sebelumnya yang banyak membahas tentang kejahatan di jalanan. Ia juga aktif di dunia musik independen lokal dengan membangun Somnium band sejak 2014 dan telah menghasilkan satu album bertajuk Black Campaign. Ia juga pernah aktif berkarya dalam band Gaung dan menghasilkan satu album.
121. Reza Afisina
Artwork detail
Guerrilla Organic #3 (2013)

Cetak diatas cermin
50 x 50 cm
Edisi 2/5
Artwork description
Seri tentang migrasi dan kekuasaan.
Artist bio
Reza Afisina, yang kerap kali dipanggil Asung, adalah seorang perupa yang berbasis di Depok, Jawa Barat. Ia adalah perupa media baru dan salah satu anggota kolektif perupa ruangrupa. Selama 2003-2007, ia menjabat sebagai koordinator program ruangrupa. Sejak 2008 hingga sekarang, ia memimpin ArtLab ruangrupa. Asung mengenyam pendidikan sinematografi di Institut Kesenian Jakarta sejak 1995 hingga 1998, ia menggunakan seni performans dalam praktik artistiknya. Pada 2014, salah satu karya video performansnya yang berjudul “What…” - (2001), dikoleksi oleh Museum Solomon R. Guggenheim di New York.
122. Ricky Janitra
Artwork detail
Crash on Life (2020)

Cetak digital di atas kanvas
90 x 90 cm
Artwork description
Karya ini merupakan seri dari karya video berjudul World Wide Web Waste pada tahun 2017 dan karya ini masuk sebagai finalis BACAA , Bandung pada tahun itu. Karya tentang sampah jaringan,atau sampah-sampah yang dihasilkan oleh internet. Memang pada tahun itu adalah momen yang berat bagi kita untuk memilah informasi yang bukan hoax, bersamaan dengan tahun politik di Jakarta, informasi di internet menjadi samar dan membentuk sosial menjadi hambar. Ternyata tahun itu adalah momen kebangkitan dari propaganda melalui medium internet.
Artist bio
Ricky Janitra lahir di Bogor Jawa Barat pada 18 Januari 1985, selama tahun 2003-2007 Ricky menjalani kuliah di jurusan seni grafis Institut Kesenian Jakarta. Di tahun 2009 mulai fokus berkarya dan pameran, lalu di tahun 2010 berpameran tunggal pertamanya di Jakarta, berjudul 'cyclture.' Karya Ricky Janitra fokus pada eksperimen medium-medium digital mulai dari bunyi, cahaya, dan cetak. Melalui karya seninya yang berupa instalasi, Ricky Janitra berupaya menyampaikan kritik sosial. Salah satu karyanya di pamerkan di tahun 2015 pada acara Fringe Festival di Melbourne, Australia. Pada 2016 di Denfrie Galeri Copenhagen, Denmark dan juga Korea - Indonesia media installation art dengan berjudul 'Dialogue with senses' di Jakarta. Pada 2017 mengikuti pameran di Korea yang berjudul 'Indonesia Cultural Exchange' dengan Heyri Galeri dan menjadi finalis BACAA (Bandung Contemporary Art Award).
123. Rido Riefdian Septa
Artwork detail
Alien-perspective (2020)

Digital
40,6 x 40,6 cm
Artwork description
Manusia hanya pendatang, tak sepantasnya menganggap bumi ini miliknya. Maka aku kurang sependapat ketika Pram menyebut ini sebagai 'Bumi Manusia'
Artist bio
Dunia ini terlalu dikara, mengapa tidak membuatnya buruk rupa agar manusia tidak terlalu mencintainya?
124. Ridwan Rau Rau
Artwork detail
Karantinitas (2020)

Pulpen dan pensil warna di atas kertas
30x40 cm
Artwork description
Masa karantina yang sudah menjadi rutinitas ini sudah menjadi kebiasaan saya, jadi mau itu ada Pembatasan Sosial besar kecil sama saja untuk saya .. Karena setiap hari saya berbahagia selalu ...
Artist bio
Saya lulus dari Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Pendidikan Seni Rupa. Saya telah aktif membuat karya seni performans sejak 2003. Sampai hari ini saya adalah seniman performans independen, menyelenggarakan festival di Jakarta (Festival Padjak), dan juga anggota komunitas seni Rewind. Saya tertarik pada eksplorasi tubuh dan ruang, dan hubungannya dengan momen-momen tertentu. Seni performans sebagai media untuk memahami intuisi, dan memberinya kebebasan. Menafsirkan sesuatu dan menyatukannya ke dalam situasi yang tidak terduga, untuk memandu dan menjadi mediasi antara kehendak jiwa dan tubuh, dan lingkungan sekitar. Saya percaya bahwa terkadang seni performans dapat berfungsi sebagai terapi, untuk jiwa yang haus, untuk kejujuran mengikuti intuisi.
125. Risa Astrini
Artwork detail
谢谢 2020 (2020) 

Risograph di atas 150 lembar kertas
21 x 11,5 x 1,5 cm 
Artwork description
Terima kasih kepada pembeli yang sudah berpartisipasi di Arisan Karya Museum MACAN. Berikut saya persembahkan penggantinya dalam bentuk rejeki di alam selanjutnya dengan nominal sebesar 150,000,000,000 dolar. Xie xie
Artist bio
Lahir pada 1988, Risa Astrini adalah seorang perupa yang tinggal di Bandung, Indonesia. Risa memulai karir artistiknya pada tahun 2008, ketika ia belajar di Institut Teknologi Bandung di jurusan Kriya. Ia awalnya bekerja menggunakan teknik melukis sebelum memperluas praktiknya melalui berbagai material. Prosesnya sering kali bermula dari penyusunan ide sebelum menentukan media yang tepat untuk menggambarkan visinya. Saat ini, ia berfokus pada sejarah dan latar belakang keluarga sebagai inspirasi berkaryanya. Kepekaan estestiknya terbentuk melalui rutinitas sehari-hari dan bentuk objek sehari-hari.
126. Rizki Lazuardi
Artwork detail
Spearhead (2020)

CGI Video
14 x 4 x 2 cm
2 edisi
Artwork description
Terlepas dari besar kecilnya karya ini ditampilkan, Spreadhead akan tetap dalam ukuran sebenarnya. Langsung dari Alaska dengan satu penanggalan radiokarbon, video ini berupaya melestarikan dimensi objek yang sebenarnya dan juga pengalaman akan mengumpulkan/menjarah artefak.
Artist bio
Rizki Lazuardi bekerja dengan gambar bergerak dan expanded cinema. Ketegangan permanen antara pelestarian dan keteledoran dalam hal preservasi gambar, bersamaan dengan aspek kelembagaan dan materi, berperan signifikan dalam praktik artistiknya. Berfokus di seni rupa dan film berbasis waktu, Lazuardi menyelesaikan studinya di HFBK University of Fine Arts Hamburg. Karya dan programnya telah diikutsertakan dalam di berbagai perhelatan seni lokal maupun internasional, di antaranya adalah Image Forum Tokyo, EMAF Osnabrueck, Jakarta Biennale, IFFR Rotterdam dan OK Video Jakarta.
127. Robby Tri Wahyudi
Artwork detail
Mosaic Mona Lisa (2020) 

Kayu
63 x 41 x 3 cm
Artwork description
Mona Lisa sebagai inspirasi dalam mengeksplorasi bentuk sederhana dan warna.
Artist bio
Saya mengeyam pendidikan seni lukis IKJ pada 2007. Saat ini berkecimpung di dunia lukis, keramik, dan lain-lain.
128. Rummana Yamanie
Artwork detail
Flaming Wombs #3 (2018)

Performans/Fotografi
64 x 64 cm
Edisi 1/3
Artwork description
Rummana secara spesifik mempertanyakan kepercayaan yang menyatakan bahwa kemampuan perempuan tidak sepadan dengan pria. Melalui performans dan instalasinya, The Flaming Womb (2018), ia mengundang kita untuk mengunjungi kembali kisah yang berasal dari beberapa abad lalu di Nusantara, saat para perempuan memegang peranan yang luas, selain menyanggupi tuntutan “feminin” seperti pekerjaan rumah tangga, memasak, dan menari, juga seringkali menguasai maupun menasehati praktik yang “maskulin” seperti memerintah atau berperang. Mengambil contoh dari tiga arsip, yaitu: Prajurit Keparak Estri, Gayatri Rajapatni, dan Ken Dedes, Rummana menyorot peran penting perempuan dalam membangun peradaban sarat sejarah dan budaya yang kita warisi hari ini. Ia juga mempertanyakan mengapa peran-peran ini tidak dihargai maupun diteladani oleh bangsa yang mengaku memiliki kepercayaan adat yang kuat.
Artist bio
Rummana Yamanie adalah seorang perupa multidisiplin berbasis di Jakarta. Ia mengambil studi di Lasalle College of The Arts Singapore dan lulus dengan BA Art (Actor). Di sana ia mendalami konsep seni peran di mana penciptaan karakter dan penyampaian gagasan dapat disampaikan melalui medium ketubuhan. Salah satu pembimbing yaitu Adrian Howells (UK) yang membuat ia semakin tertarik terhadap seni ketubuhan kontemporer. Ia juga sempat terpilih menjadi salah satu perupa di program e(x)ist Dia.Lo.Gue 2018. Selain itu Rummana juga aktif dalam membuat produksi teater. Ia ingin terus memperkaya dan mengasah kemajuan seni, baik kontemporer maupun pertunjukan di Indonesia untuk menjadi lebih majemuk, jujur, dan mendidik.
129. Safira Aini
Artwork detail
Thea #1 (2020)

Pewarna alami dan stitch resist on di atas kain
65 x 36 cm 
Artwork description
Terinspirasi dari Almarhum Sewan dan penelitiannya tentang zat warna teh untuk batik, dalam karya ini saya tidak fokus pada konsep tertentu melainkan eksplorasi dengan kemungkinan-kemungkinan pewarna. Menariknya tentang metode beliau, ekstrak teh tidak sepenuhnya berdiri sendiri tapi digabungkan dengan garam napthol. Dalam dunia tekstil, pewarna organik dan sintesis memiliki hubungan yang kompleks dengan satunya yang tidak ramah lingkungan dan sebagainya. Tetapi ternyata dari sini saya menyadari hebatnya sebuah pertemanan yang tak terduga diantara dua elemen itu dapat menghasilkan inovasi baru yang indah. Saya kemudian visualisasikan hubungan itu dengan beberapa seri kain dengan teknik jelujur.
Artist bio
Safira Aini, lahir tahun 2000, adalah seorang perupa dan mahasiswi yang berdomisili di Jakarta-Solo. Lulus dari Erudio School of Art dengan Foundation Diploma, Safira cenderung berkarya yang berbasis riset dan eksperimentasi. Safira menggemari proses kreatif dan sudah bergerak di media seni visual, video, tari dan tekstil. Ia tertarik dengan isu-isu perkembangan diri dan kondisi sosial yang kemudian menjadi sumber inspirasi kekaryaannya. Sekarang, ia sedang menjalani studi di FSRD Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan program studio Kriya Tekstil untuk terjun lebih dalam lagi di bidang tekstil.
130. Sandi Jaya Saputra
Artwork detail
PAUSE;URBAN DECAY (2009-2011) 

Cetak foto, C-print di atas kertas kodak Royal
40 x 60 cm
Edisi 3/3
Artwork description
Saya mengerjakan proyek ini sejak 2009 hingga 2011. Selama 3 tahun ini saya hanya memiliki waktu 2 jam untuk menggambarkan kota yang kosong, dari jam 6 sampai jam 8 pagi ketika semua umat Muslim pergi untuk shalat Idul Fitri. Subjek ini lahir dari penelitian dan proses inkubasi saya dalam melihat isu-isu perkotaan. Saya berhenti sejenak dan melihat kenyataan mengerikan bahwa kota tempat saya tinggal ini telah terdegradasi secara ekologis. Karena itu, saya mengambil PAUSE; URBAN DECAY sebagai judul karya untuk merepresentasikan kota yang mengalami degradasi secara ekologis.
Artist bio
Jurnalisme membawa saya ke dunia seni rupa. Ketertarikan saya pada seni berangkat dari kebiasaan saya membaca sastra filsafat untuk memperkaya wawasan visual dan sastra saya. Seni rupa dan jurnalisme senantiasa menjadi pendekatan mendasar dalam setiap karya saya, sementara kehidupan sehari-hari pribadi saya memicu setiap fitur karya saya. Saya menganggap diri saya sebagai reproduksi peradaban. Setiap detail kecil yang mewakili diri saya dibangun oleh realitas-realitas itu. Kenyataan yang sulit dipahami, metafora, dan humor adalah kata-kata kunci penting untuk menyelami karya-karya saya.
131. Sekarputi Sidhiawati
Artwork detail
Wild (2018)

Keramik (white stoneware, engobe, glaze, high fire), kawatSekitar
22 x 17 cm
Artwork description
Buku keramik ini menggambarkan halaman terbuka dengan beberapa ilustrasi di sebelah kanan dan kutipan di halaman kiri. Kutipannya berbunyi "Saya ingin memiliki percakapan yang bahagia, mendalam, tanpa akhir dengan Anda." Halaman kanan menggambarkan sepasang kaki yang tenggelam dalam latar belakang hutan. Seiring bertambahnya usia, saya sering merasa seperti mendorong pergi orang-orang di sekitar saya tetapi pada saat yang sama saya ingin memiliki momen yang bermakna dengan mereka. Saya percaya dibutuhkan kombinasi liar untuk mencapai keseimbangan.
Artist bio
Lahir di Jakarta pada 1986, Sekarputi Sidhiawati tinggal dan bekerja di Ubud, Bali. Ia mengenyam pendidikan formal di Fakultas Seni dan Desain ITB-Studio Seni Keramik. Ia kini dikenal sebagai pendiri Studio Arta Derau, sembari secara konsisten bekerja di dunia seni. Pada 2018 ia pindah ke Bali untuk memperbesar bisnis studio keramiknya. Melalui eksplorasi akan isu-isu terkait perempuan, Puti menjadi finalis dari beberapa penghargaan seni rupa seperti Soemardja Art Award (2010) dan Bandung Contemporary Art Award 2013. Ia telah ikut serta dalam sejumlah pameran besar, di antaranya Jakarta Contemporary Ceramic Biennale, Galeri Nasional Indonesia (2014); Temperature Affect, Museum of Fine Arts and Ceramics Jakarta (2017); Manifesto, Galeri Nasional Indonesia (2017); Termasuk, Darren Knight Gallery Australia (2018); Southern Constellations: The Poetics of the Non-Aligned, Museum of Contemporary Art Metelkova, Ljublana-Slovenia ( 2019)
132. Sisca
Artwork detail
Coral Bleaching in Frame (2020)

Media campuran (epoxy clay dan bingkai kayu)
25 x 2 x 22 cm
Artwork description
Coral Bleaching adalah bentuk dari rasa kesedihan yang saya rasakan saat melihat banyak karang yg berubah warna menjadi putih. Warna putih sering diibaratkan dengan hal baik, namun tidak pada batu karang. Saat mereka berubah menjadi putih, mereka merasa depresi karena akibat menghangatnya suhu air laut, polusi dan seterusnya. Sehingga ganggang pergi dan yang bisa kita lihat hanyalah si putih yang merintih. Oleh karena itu saya membuat karya ini dengan menggunakan epoxy clay dengan warna putih gadingnya yang natural dan di bentuk dengan tangan. Saya juga menggunakan elemen bingkai sebagai metafora keindahan laut yang dulu berwarna-warni sekarang hanya bisa di nikmati dengan warna putih jika di abadikan.
Artist bio
Sisca, begitu pendeknya nama saya. Seorang entrepreneur di bidang Gimmick/ Souvenir dengan merek dagang My Creative dan aktif mengajar sebagai guru privat di masa pandemi. Kelahiran tahun 1995, tepat di tanggal 9 Juni tahun ini berumur 25 tahun. Punya ketertarikan yang besar dalam seni, terutama sculpting dan lukisan kontemporer. Penikmat musik Honne dan karya Keith Haring, Abenk Alter, Dwiantoro Roby dan Mang Moel. Sekian.
133. Sultan Putra
Artwork detail
Revisi Gegara Corona (2020)

Cetak digital di atas Kertas Hammer impor
29,7 x 42,0 cm
(3 panel)
Artwork description
Tahun 2020, umat manusia di seluruh dunia digoncang dengan pandemi virus corona (covid-19) yang membuat kepanikan. Manusia tidak siap saat wabah datang menyuruk kehidupan. Menyergap hingga menguasai rumah, perkantoran, jalanan, pusat perbelanjaan, sekolah, kampus dan tempat lainnya. Potret foto dalam kalender yang berisi tanggal merah atau libur menjadi kalender yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya menunjukkan kondisi yang terjadi di berbagai tempat dan berbagai lapisan masyarakat mengalami bencana virus tersebut. Kebutuhan masyarakat terkait dengan kebutuhan sehari-hari, mereka merasakan bingung, khawatir hidup mereka akan lenyap di sisi lain kebutuhan hidup menjadi prioritas utama, memaksa diri untuk memilih bertahan di rumah atau sebaliknya. Dalam karya ini perupa melihat masyarakat umum lainnya dalam menghadapi pandemi virus corona mereka telah mengerti makna menjadi manusia di bencana pandemi ini, mereka bangkit dan berfikir positif adanya pandemi ini bersatu saling menumbuhkan rasa peduli hingga tumbuhnya cinta kasih mungkin dalam waktu belakangan ini manusia mengedepankan kebencian dan konflik. Untuk itu manusia juga akan lebih siap dan kuat dalam menghadapi peristiwa traumatis lainnya di masa depan.
Artist bio
Sultan Putra Lahir di Sidoarjo pada 1998. Sekarang tinggal dan bekerja di Sidoarjo. Selain berkarya, pekerjaan setiap harinya mengurus kebun kecil dan mengajar. Sejak pandemi covid-19, aktivitas kesehariannya lebih banyak di lingkungan desa, mulai dari membantu jaga keamanan/penyebaran covid-19 di poskamling hingga membantu ibunya di Mekar - semacam perkumpulan simpan pinjam uang untuk kebutuhan ekonomi masyarakat desa. Sejak kuliah di UNESA Jurusan Seni Rupa, aktif berkesenian di daerah Surabaya dan membuat proyek musik eksperimental noise Holticulturenoise. Karya-karya seni rupa yang dihasilkan ialah dari tema keseharian yang ada disekitarnya, seperti membicarakan tradisi masyarakat, ekosistem dan juga kesadaran terhadap alam. Karya yang dikerjakan beraneka ragam bentuk dari lukisan, patung, instalasi, video, hingga performans. Baginya seni sebagai ekspresi penyadaran dan menerima kenyataan apa yang terjadi di dalam kehidupan.
134. Susi Necklin
Artwork detail
Mancing (2020)

Linocut, cat air, akrilik di atas kertas
21 x 29.5 cm
10 edisi
Artwork description
Mancing di air yang sunyi, bersama teman di lain perahu. Pasti berharap mendapat sesuatu yang besar dan menyenangkan, tapi tidak pernah tahu air yang sunyi seperti apa di dalamnya. Bisa saja tampaknya mengerikan tapi ada gunanya, atau sebaliknya?
Artist bio
Nama saya Susi Necklin, saya dari Jakarta. Saya senang bereksperimen dan mengeksplorasi berbagai medium dalam berkarya, saat ini saya sedang menyukai isu tentang hal-hal pribadi yang saya coba ungkapkan melalui karya-karya saya ini. Saya selalu haus akan sesuatu yang baru itulah sebabnya saya selalu mencari pengalaman-pegalaman dan mencoba hal-hal yang baru. Ikut dalam rangkaian acara National Identity Sculpturing Youth Camp For ASEAN Fine Arts Students 17-21 November 2019 di Vientien, Laos. Saya juga ikut dalam pameran yang dilaksanakan di Galeri Cipta 2 TIM 2018, dan pameran-pameran di Galeri FSRIKJ di tahun 2019-2020.
135. Suvi Wahyudianto
Artwork detail
Muasal Amsal #3 (2019)

Cat air di atas kertas
32 x 40 cm
Artwork description
Sejarah luka dunia adalah luka oleh Qabil pada Khabil. Dan kita adalah daging yang memerah itu.
Artist bio
Lahir pada 1982, Suvi Wahyudianto adalah seorang perupa muda asal Madura yang saat ini tinggal dan bekerja di Yogyakarta. Setelah mendapatkan gelar sarjana dari Departemen Seni Rupa, Fakultas Seni dan Bahasa, Universitas Negeri Surabaya pada 2017, Suvi memenangkan penghargaan UOB Painting of the Year 2018 atas karyanya yang berjudul Angs't, karya media campuran yang mengartikulasikan konsep empati secara abstrak dengan tujuan untuk merespon pengalaman personal dan memori kolektif atas sebuah konflik sosial. Melalui studi tekstual dan studi sejarah partisipatoris, serta elaborasi pendekatan autoethnographic ke dalam seni, Suvi menciptakan karya yang berupaya mengungkap narasi baru sebagai tandingan narasi arus utama, dalam upaya mendekonstruksi wacana konflik kekerasan yang terjadi di masyarakat, serta mendorong ide-ide rekonsiliasi dan meningkatkan kesadaran empatik dalam situasi pasca konflik.
136. Syaiful Aulia Garibaldi
Artwork detail
Percimkum #2 (2018)

C-Print di atas akrilik
21 cm x 30 cmEdisi
2/3
Artwork description
Karya ini merupakan bagian dari Pameran Bersama Opensite di TOKYO ART SPACE (TOKAS) Tokyo, Jepang, pada 2018. Proyek ini fokus mencari jenis budaya dan identitas yang tidak dapat dipahami oleh seseorang melalui bahasa yang digunakan bersama, menyelidiki fakta sejarah dan menghasilkan bentuk komunikasi ideal melalui berbagai bahasa yang berbeda, dari pengalaman tinggal di tempat yang multi etnis. Pada seri Percimkum, citraan yang terdapat di sini merupakan foto dari pertumbuhan mycellium yang dijadikan sebagai struktur awal dari penciptaan tulisan untuk bahasa Terhah (bahasa buatan yang diciptakan oleh sang perupa).
Artist bio
Lahir di Jakarta tahun 1985. Lulus dari Seni Rupa FSRD ITB tahun 2010. Studio di Bandung. Aktif berkegiatan kesenian hingga sekarang.
137. Timoteus Anggawan Kusno
Artwork detail
Are You Sure You Are Sure? (2016)

Kolase, tinta dan cat akrilik pada halaman 'We Find Australia' (1933) di atas aluminum bond
65 x 21 x 1,5 cm
Artwork description
Seri karya ini dibuat pada periode proses residensi Kerjasama, yang diselenggarakan oleh Asialink dan Cemeti di tahun 2016. Dalam residensi yang terbagi dua periode ini, saya bekerja bersama perupa Australia, Tony Albert. Karya ini berangkat dari refleksi dan pengalaman partisipasi kami berproses bersama komunitas Aboriginal di Alice Springs. Bersama-sama kami memaknai lagi gagasan atas lanskap, menengok kembali serta mempertanyakan ulang tatapan atas “lanskap” yang niscaya merupakan warisan kolonial yang secara ironis terus direproduksi sampai hari ini.
Artist bio
Timoteus Anggawan Kusno lahir pada 1989. Ia adalah seorang perupa yang bekerja dengan berbagai media, seperti instalasi, drawing, dan video. Ia membuat narasi yang membentang di antara batasan-batasan antara fiksi dan sejarah, imajinasi dan memori. Dalam karya-karyanya, Angga mempertanyakan isu-isu terkait kuasa kolonial dan hal-hal lain yang tak tampak. Ia telah mengerjakan beberapa proyek commission dan karyanya telah dipamerkan di insititusi-institusi seni ternama termasuk di antaranya Mumbay City Museum, India, dan Center for Fine Art Brussels, Belgia. Karya-karyanya telah dikoleksi oleh berbagai institusi publik, di antaranya Nasional Museum of Modern and Contemporary Art Seoul, Korea, dan Museum of Contemporary Art Taipei.
138. Toni Ja'far
Artwork detail
Terhimpit (2020)

Cat akrilik di atas kanvas
25 x 25 X 3,5 cm
Artwork description
Karya ini menggambarkan sebuah rumah putih (penghuni yang berhati bersih) yang berada di antara batu besar yang siap untuk mengancam kehidupan di dalamnya.
Artist bio
Toni Ja'far lahir di Pasuruan, 11 Mei 1974. Mengenyam pendidikan seni rupa di UNESA Surabaya, berprofesi sebagai perupa dan aktif di komunitas seni Pawitra Art Projec serta jadi guru seni di lembaga madrasah, sering kali berpameran kelompok di berbagai kota, dua kali pameran tunggal di Surabaya serta dua kali memperoleh penghargaan tingkat nasional.
139. Ungki Prasetyo
Artwork detail
Untitled (2020)

Cat akrilik, pena di atas kanvas
30 x 40 cm
Artwork description
Sebuah karya seri dengan mengoptimalkan warna primer dalam bentuk komposisi satu kesatuan, kemudian direspon dengan objek-objek sebuah isi kehidupan yang ada disekitar. Sebuah aktivitas keseharian yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam sebuah kehidupan.
Artist bio
Perupa kelahiran Bantul, 1989, yang berdomisili di Kuningan, Jawa Barat. Mulai menggeluti kesenian dan pameran sejak tahun 2007 saat masuk ISI Yogyakarta dengan minat utama seni grafis. Aktif berpameran dan berkarya baik secara individu atau komunitas. Karya yang sering dikerjakan berupa karya seni grafis, drawing, lukisan serta media campuran.
140. Walid
Artwork detail
Komposisi Senja #2 (2018)

Cetak saring di atas kertas
70 x 100 cm
Edisi 5/10
Artwork description
Sebagai mahluk yang diberikan anugerah penglihatan berbagai macam di bumi, ini layaknya kita bersyukur. Ada berbagai macam garis, warna, bidang, tekstur, ruang yang tersaji dan bisa kita lihat serta rasakan setiap harinya. Mulai dari pagi saat kita bangun tidur, saat ingin beraktivitas, hingga malam saat kita ingin memejamkan mata. Tema pada karya kali ini yaitu mengungkap fenomena yang terjadi di sekeliling lingkungan kita melalui pengalaman melihat secara subjektif, terutama mengenai perubahan waktu yang terlihat pada langit. Fenomena ini menggugah pandangan saya sekalu perupa untuk menanggapi dan memaknainya untuk membuat komposisi.
Artist bio
Walid Syarthowi Basmalah menyelesaikan studinya di bidang seni grafis di Institut Kesenian Jakarta pada 2010. Ia memulai karirnya sebagai perupa sejak 2010 hingga kini. Dalam karir keseniannya, ia telah berpartisipasi dalam berbagai residensi perupa, di antaranya di North Art Space Gallery (Jakarta, Indonesia) pada 2010 dan Art Camp #5 (Ordino, Andorra) yang di organisir oleh UNESCO Eropa pada 2016. Ia pun aktif berpartisipasi dalam berbagai pameran di level nasional dan internasional. 
141. Wanti Ramona
Artwork detail
Help (2020)

Cat minyak di atas kanvas
30 x 40 cm
Artwork description
Karya ini hadir dari ketidaksengajaan dalam proses menuangkan ingatan masa kecil tentang seseorang.
Artist bio
Wanti Amelia, lahir di bandung pada 28 November 1998, sekarang sedang menempuh pendidikan di Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, jurusan Seni Rupa Murni, studio Seni Lukis. Dalam praktik berkarya, saya tertarik akan gagasan mengenai laut dan keterkaitannya dengan memori masa lalu yang coba digali dan menjadi terapi diri.
142. Widi Pangestu Sugiono
Artwork detail
Block paper (2019)

Kertas buatan tangan berpigmen
24 x 5 x 3 cm
(5 buah)
Artwork description
Karya ini dibuat menggunakan teknik papermaking dengan memanfaatkan kemampuan bubur kertas untuk bereaksi terhadap proses pemadatan, dilapisi dengan kalsium karbonat pada permukaan atasnya. Kebentukan ini sebagai sarana pemberian wujud baru terhadap potensi kertas yang selalu dikonotasikan sebagai wujud lembaran, selembar atau sesuatu yang tipis.
Artist bio
Widi Pangestu Sugiono bekerja menggunakan kertas sebagai proses artistiknya dengan mengadaptasi teknik pembuatan kertas (papermaking). Baginya menggunakan material tertentu juga adalah proses untuk mempelajari dan mengenal segala potensinya atau wataknya sendiri yang ditentukan, misalnya, oleh warna, struktur, kekuatan, ukuran, daya tahan, susunan kimia dan lainnya yang diimplementaskan pada karyanya sekaligus memberikan ruang untuk membubuhkan ide dan memberikan wujud baru terhadap material yang digunakan.
143. Wimo Ambala Bayang
Artwork detail
Untitled (Bathtub) (2004)

Archival print di atas kertas foto fine art
60 x 30 cm
Edisi 1/ 5 + 2 artist's proof
Artwork description
Berupa foto hitam putih bergambar betis berbulu yang muncul dari dalam bathtub.
Artist bio
Wimo Ambala Bayang, salah satu pendiri Ruang Mes 56 dan Video Battle. Selain bekerja secara kolektif, karya individualnya mencerminkan perspektif unik, tidak untuk mengritik namun membuat kita memikirkan kembali kebiasaan yang tampaknya ‘selalu ada di sana’; sejarah, fakta, mayor dan minor dalam kehidupan sehari-hari. Bermain realitas visual, menggabungkan pandangan nyata dan fantasi yang dibayangkan, cenderung membuka lapisan budaya yg berbeda, guna memahami masyarakat kontemporer yang heterogen. 10 tahun ini mengikuti program residensi perupa internasional, di Tiongkok, Australia, Belanda, Denmark, dan Rumania. Sebagai co-curator Festival Foto Internasional Jimei X Arles dan Mes X Foam. Ia mengeksplorasi ide, metode dan perbedaan konteks terkait perkembangan fotografi kontemporer.
144. Wirani Putri Rahmania
Artwork detail
Nostalgia Waru (2019)

Cetak saring di atas cermin
40 x 40 cm
Artwork description
Berawal dari mengenang masa kecil di kampung halaman di daerah Jawa Tengah, hidup sederhana, seperti halnya setiap hari makan menggunakan wadah daun waru dan bermain di bawah rindangnya pohon kelapa yang tidak dapat dilakukan lagi di saat ini karena sudah hidup di kota Jakarta. Dua hal ini adalah kenangan yang sangat berkesan bagi saya. untuk mendapatkan perasaan nostalgia tersebut saya menggunakan media cermin, agar bisa melihat wajah saya yang sudah semakin berubah karena bertambahnya usia dan warna tinta sablon yang cerah menggambarkan betapa bahagianya mengenang masa kecil tersebut.
Artist bio
Pengalaman dalam berkesenian dimulai dari masa SMK. Wirani meraih juara melukis bangunan arkeolog pulau Onrust Kepulauan Seribu pada 2015 tingkat DKI Jakarta. Pada kesempatan ujian kenaikan semester Wirani juga turut serta pameran bersama yang berjudul 'Level Up' di Galeri Cipta 2 Taman Ismail Marzuki dengan memamerkan karya seni media dua dimensi berbahan dasar genteng tanah dan genteng kaca, karya grafis teknik cetak tinggi dan patung yang terbuat dari resin. Pada tahun yang sama 2019, Wirani juga mendapatkan kesempatan pameran lukisan cat air di Galeri Nasional. Niat dan tekad bulat disertai semangat adalah beberapa kunci Wirani untuk terus berkarya dan menciptakan pengalaman-pengalaman berkesenian di bidang seni rupa.
145. Wisnu Ajitama
Artwork detail
Mbludak (2020)

Plywood
50x80 cm
Artwork description
Yang fana adalah waktu, pandemi diabadikan.
Artist bio
Wisnu menempatkan karya seni di ruang-ruang alam yang tersembunyi, “hidden place”. Inspirasinya diperoleh dari hobi yang ikut menambah pengalaman estetis, yakni mendaki gunung, sungai, menjelajah goa, hingga mengarungi hutan rimba. Ranting, rumput, batu, adalah material alami yang menjadi medium utama karya seninya. Selain itu falsafah lokal dan kolaborasi dengan masyarakat sekitar ketika berproses penciptaan karya. Karya- karya yang mendayagunakan alam sebagai kanvas tidak hanya di Gunung Pengger (Dlingo, Bantul) tetapi juga di Watupayung, Gunungkidul (2018); serta Kaliopak, Sleman (2019). Tahun 2018, Wisnu berpartisipasi di Geumgang Nature Art Biennale and Nature Art Cube di Korea Selatan. Di tahun yang sama melaksanakan pameran tunggal di Bentara Budaya Yogyakarta berjudul 'Environmental Art-LENG.' Tahun 2019 melanjutkan karya di UPO Nature Art Festival di Changnyeong, Busan, Korea Selatan. Mengikuti Biennale Yogyakarta: Equator di Taman Budaya Yogyakarta dan ikut menjadi bagian dalam Global Nomadic Art Project Italy 2019 dari St. Bernardo, Venice, dan Roma.
146. Xiong Zhen
Artwork detail
Tropical (2018)

Cat air di atas kertas
21 x 29,7 cm
Artwork description
Karya ini menggambarkan burung makaw yang bertengger, sesaat sedang beristirahat namun juga dalam kondisi yang siap. Lukisan juga menggabungkan teknik lukis yang lebih teratur dengan teknik basah yang lebih ekspresif.
Artist bio
Saya sempat menetap, menempuh pendidikan dan berkarya juga berpameran di Bandung pada sekitar tahun 1999 sampai 2007 dan kemudian pindah ke Bali dan berkerja, berkarya sampai pada tahun 2014. Dan saat ini, saya berdomisili di Medan, Sumatera Utara, selain berprofesi sebagai ilustrator lepas, mengajar seni di sekolah, saya juga berkarya dan berpameran. Karya saya saat ini, lebih dominan menggunakan media cat air di atas kertas, namun juga dicampur dengan beberapa media drawing. Saat ini, saya sangat tertarik mengeksplorasi spontanitas dan ekspresi ketika melukis. Selain mengeksplorasi warna, bentukan dan tarikan kuas. Karya saya juga menjadi media terapi dan sebagai wujud kontradiksi antara kesemrawutan dengan ketenangan emosi ketika berkarya.
147. Yawara Oky Rahmawati
Artwork detail
Monster Imajination #3 (2019)

Tekstil (perca dan sulam)
43 x 38 cm
Artwork description
Karya berjudul Monster Imajination merupakan karya seri yang meng-apropriasi gambar anak-anak. Gambar yang muncul dari imajinasi akibat tontonan mereka dan pengaruh mendengarkan cerita atau dongeng. Anak yang suka sekali berkhayal biasanya mempunyai kreativitas yang bagus. Ia bisa bermain-main dengan tokoh imajinasinya ataupun tokoh-tokoh kartun kesukaannya. Oleh karena itu, setiap anak pasti mempunyai imajinasi yang berbeda di dalam pikiran mereka, salah satunya tentang monster. Proses apresiasi terhadap gambar anak ini sama halnya seperti mengapresiasi media kain perca. Perca merupakan sisa potongan kain yang seringkali terbuang percuma. Tetapi dengan kesadaran kreatif, perca dapat menjadi karya seni yang bernilai tawar lebih. Sekaligus dapat mengurangi limbah dengan cara memanfaatkannya kembali.
Artist bio
Yawara Oky Ramawati atau biasa dipanggil Yawara, perupa kelahiran tahun 1994 yang berasal dari Tulungagung. Berkarya menggunakan media tekstil (sulam dan perca). Karyanya banyak mengangkat tema tentang gambar-gambar anak dan isu tentang keluarga.
148. Yossi Grafitanto
Artwork detail
SEE YOU (2018)

Kolase di atas kanvas
50 x 60 cm
Artwork description
Pada tahun 2018, isu lumba-lumba yang menjadi tontonan sirkus menuai kecaman oleh berbagai pihak. Saya juga menyuarakan kecaman tentang isu lumba-lumba melalui karya ini. 
Artist bio
Mahasiswa DKV STSRD VISI Yogyakarta, berkomunitas di Ketjilbergerak dan aktif di skena seni Sleman.
149. Yusa Widiana
Artwork detail
Refresh the World (2020)

Cat akrilik di atas kanvas
100 x 100 x 5 cm
Artwork description
Corona mendorong kita untuk menyusun ulang dunia (refresh the world), mengajarkan kita mengubah tata cara kehidupan yang lebih baik.
Artist bio
Lahir pada 22 Mei 1971, menuntaskan pendidikannya di Fakultas Seni Rupa UPI Bandung, dan Fakultas Pendidikan Seni Rupa UST Yogyakarta. Pada 2019, berpameran tunggal dalam Bandung artmonth. Menyelenggarakan pameran tunggal berjudul 'hajat tani' dan beberapa pameran bersama di Jerman dan Jiangxi.
150. Haiza Putti
Artwork detail
But the Sun Never Forget (2020)

Cat minyak dan arang di atas kanvas 
15 cm x 15 cm
Artwork description
Sebagai pasangan dari karya When Lilac meet the Moon and Forget about the Sun, karya ini menunjukkan kekuatan dari warna kuning yang memiliki kaitan erat dengan cahaya. Sebagaimanapun ia tertutupi, dilupakan, akan terus ada cara untuk menembus celah, membuat kita peka akan kehadirannya. 
Artist bio
Lahir pada 1998, Haiza Putti (Runni) selalu mencoba untuk menantang batasan medium dengan memperluas hubungan antara lukisan dan ruang. Menggunakan warna, coretan, lipatan dan fluiditas bahan sebagai ungkapan. Ia bertujuan untuk menghadirkan pengalaman baru untuk para penglihat karyanya. 
Powered by AZEXO Shopify page builder